Tadris IPA UIN Suska Riau dan IAIN Kudus Gelar Kolaborasi Webinar Bertajuk “Mengekspresikan IPA dalam Budaya Bangsa Indonesia”

12 Oktober 2021. Tadris IPA UIN Suska Riau dan IAIN Kudus mengadakan kolaborasi webinar bertajuk “Mengekspresikan IPA dalam Budaya Bangsa Indonesia”  yang berlangsung secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting dan disiarkan langsung melalui youtube Tadris IPA UIN Suska Riau. Selasa (12/10)

Acara webinar ini menghadirkan tiga narasumber yang berkompeten dibidangnya yaitu Prof. Dr. Sudarmin, M.Si selaku Guru Besar Universitas Negeri Semarang, Aldeva Ilhami, M.Pd. selaku Dosen Tadris IPA UIN Suska Riau dan Sulasfiana Alfi Raida, M.Pd. selaku Dosen Tadris IPA IAIN Kudus.

Kegiatan ini dimulai dengan penyampaian kata sambutan oleh Dr. Zarkasih, M.Ag selaku Wakil Dekan I FTK UIN Suska Riau. Dalam kata sambutannya beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah suatu keberkahan bagi Tadris IPA UIN Suska Riau dan IAIN Kudus,  karena dapat melaksanakan kolaborasi webinar ini. Mengingat sekarang masih di tengah kondisi pandemi Covid-19 dan jarak yang berjauhan antara peserta dengan narasumber dari berbagai instansi yang akhirnya dapat bergabung dalam kesempatan webinar ini. Harapannya, kolaborasi webinar ini dapat terus berlanjut kedepannya dan bermanfaaat bagi seluruh peserta webinar.

Selanjutnya kata sambutan disampaikan oleh Dr. H. Abdul Karim, M.Pd selaku Dekan FTK IAIN Kudus yang dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan yang sangat bermakna bagi bapak/ibu dosen yang nanti dapat membangun strategi dalam pembelajaran IPA. Beliau mengharapkan mahasiswa dapat mengekspresikan diri dan memantapkan diri sebagai calon seorang guru profesional di bidang Tadris IPA. “Tentunya ada beberapa hal untuk dapat mengekspresikan IPA dalam budaya berbangsa Indonesia, melalui webinar ini dengan cara mengenal karakteristik IPA di lapangan, menumbuhkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan lapangan, mengintegrasikan materi IPA dengan ilmu lainnya sehingga menjadikan pembelajaran IPA menjadi lebih baik.” Ujarnya (12/10)

Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Sudarmin, M.Si menyampaikan mengenai “filsafat science” berdasarkan pohon ilmu sains dan kajiannya yang merujuk pada Cobern (2002). Dapat diketahui bahwa pada buku Cobern (2002) mengangkat nilai-nilai budaya ke dalam pembelajaran, dengan artian mengintegrasikan antara sains masyarakat dengan sains ilmiah dan hal yang paling penting dalam sebuah pembelajaran IPA adalah konservasi, karena konservasi  “Jadi orientalis kita adalah bagaimana kita memiliki filsafat parentialis mengkonservasi budaya-budaya yang bagus kepada anak-anak” Ujanya.

Tak luput Prof. Dr. Sudarmin, M.Si merekomendasikan buku-buku yang dapat digunakan oleh pendidik untuk penguatan landasan ontologi dari pengetahuan sains agama dan masyarakat. Rekomendasi buku-buku tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

Di samping merekomendasikan buku-buku, beliau juga menyampaikan pentingnya pendidikan IPA berbasis etnosains. Menurutnya pendidikan IPA adalah suatu usaha dalam mengenali potensi diri manusia yang bertujuan membagikan, mengembangkan, mewariskan, dan membangun peradaban dan budaya bangsa yang luhur.  Terakhir, pada penutup beliau menyampaikan bahwa seorang guru IPA diharapkan dapat menyajikan kepada siswa suatu budaya lokal yang memiliki konsep ilmiah dan mendorong siswa untuk aktif dan berfikir kritis.

Selanjutnya pemaparan oleh narasumber kedua yaitu Aldeva Ilhami, M.Pd  mengenai “kajian Etnosains Melayu sebagai Sumber Belajar IPA” Dalam pemaparannya beliau menyampaikan bahwa pembelajaran abad 21 menuntut agar memiliki literasi budaya, karena dengan adanya literasi budaya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan menguatkan pemahaman konsep pembelajaran yang diperoleh di kelas. Selain itu, Etnosains dalam pembelajaran juga sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang berlandaskan pada PP Kemendikbud No 79 Tahun 2014. Beliau juga menyampaikan bahwa banyak kearifan lokal Riau yang dapat dijadikan sumber belajar IPA, yang diantaranya yaitu hutan larangan adat Rumbio, pacu jalur di kuansing, Manumbai, lubuk larangan dan masih banyak lainnya.

Pada penutup beliau menyampaikan bahwa potensi kearifan lokal melayu dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar IPA, dan sangat penting penanaman nilai-nilai budaya dalam pembelajaran IPA agar sesuai dengan tuntuan pembelajaran abad 21.

Selanjutnya pemaparan materi terakhir disampaikan oleh Sulasfiana Alfi Raida, M.Pd mengenai “Inventarisasi Alat Peraga Halal Culinary Art pada Jajanan Tradisional.” Dalam pemaparannya beliau menyampaikan bahwa alat peraga dapat membantu siswa mempelajari materi pembelajaran yang bersifat abstrak. Dimana alat peraga terbagi menjadi 2 yaitu alat peraga jadi dan alat peraga buat sendiri.

“Melalui pembuatan alat peraga buatan sendiri siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, siswa tidak hanya mengoperasikan alat peraga jadi yang sudah disediakan oleh guru. Tetapi mereka mengoptimalkan kerja panca indra mereka dalam membuat alat peraga sendiri sehingga memberikan pengalaman nyata kepada siswa menjadikan mereka lebih paham dan lebih ingat terhadap materi” Ujarnya (12/10).

 

About Ukhti Maisarah

Check Also

VISITING LECTURER: Elementery Science and Mathematics in Nigeria

Pekanbaru, 20 Maret 2024, Program Studi Tadris IPA UIN Sultan Syarif Kasim Riau melaksanakan  Kuliah …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *